Jumat, 25 Juli 2014

[SOFTSKILL] Fenomena Penukaran Uang 'Receh' HARAM!

bismillah..

Saya menemukan sebuah tulisan yang sangat menarik pada halaman situs tribun tentang haramnya kegiatan penukaran uang, rupiah ke rupiah, yang biasanya marak dilakukan menjelang hari raya lebaran. Berikut kutipan dari tautan diatas:

"Tribunnews.com, SAMARINDA - Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengharamkan praktik jual beli uang alias penukaran uang uang marak menjelang Lebaran. Ketua Mejelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Samarinda Zaini Naim menegaskan jual beli uang masuk dalam kategori riba. Riba dalam Islam termasuk perbuatan yang sangat dikecam. Dalam kata lain, sengaja menukar uang dengan potongan tertentu itu dosa.

Biasanya, penukaran uang tersebut digunakan sebagai "angpao" Lebaran. Sehingga, penyedia jasa penukaran uang kecil dengan potongan tertentu, menjamur di waktu seminggu sebelum Lebaran.

“Pada pandangan Majelis Ulama Indonesia, pedagang seperti itu hukumnya haram. Mestinya aparat yang terkait seperti Bank Indonesia segera mengantisipasi jual beli uang seperti itu,” kata Zaini Naim, Rabu (23/7/2014).

Menurut Zaini, selama ini umat Islam menentang perdagangan uang. Tidak hanya itu, secara hukum Islam praktik perdagangan uang masuk ke dalam riba. Seharusnya, lanjut dia, umat Islam menghindari perbuatan yang sudah jelas haram. Terlebih, di Bulan Suci Ramadan.

“Hindari riba. Rasulullah mengatakan, riba itu ada 90 lebih modelnya. Riba yang paling ringan itu seperti seorang anak yang menyetubuhi ibunya. Bayangkan saja, dosa riba yang paling ringan itu seperti dosa seorang anak yang menyetubuhi ibunya,” ungkap dia.

Terutama, lanjut dia, dalam praktek jual beli uang, setiap pedagang mengambil untung yang yang relatif besar. Yakni dari Rp 5 ribu hingga Rp 10 ribu dari tiap uang Rp 100 ribu yang ditukarkan. Parahnya, para pembeli boleh melakukan proses tawar-menawar. “Sudah haram jelas tidak boleh dilakukan. Apalagi ada proses tawar-menawar,” Zaini."


pernyataan MUI tersebut jelas mengundang pro dan kontra, sebab, selain praktek pertukaran antar rupiah, ada juga praktek pertukaran valuta asing yang menggunakan prinsip yang sama, yaitu sama-sama mengambil keuntungan dari proses pertukaran tersebut. Jika proses pertukaran rupiah-rupiah ini di protes keras, mengapa pertukaran rupiah-asing/asing-rupiah tidak?

 

menurut saya, seharusnya praktek penukaran uang oleh oknum ini tidak perlu ada, karena Bank pun biasanya setiap menjelang hari raya sudah bisa melayani proses penukaran uang receh tanpa ada selisih, atau setidaknya punya selisih yang lebih murah dibanding punya si oknum itu. Logika saja,  di depan gundar itu banyak orang berderet nawarin jasa penukaran uang receh, dan uangnya itu masih dalam keadan baru, bagus-bagus, masih bau bank lagi.. nah, dapat darimana mereka kalau bukan dari bank? setelah dapat uang receh tersebut, masih mau dijual kembali pula.. apalagi yang namanya oknum itu pasti nakal, bisa-bisa emang niatnya mau cari keuntungan besar dari proses penukaran tersebut. Dengan logika seperti itu berarti sudah jelas kalaupun ada selisih dari bank, maka itu pasti lebih murah dibandingkan dengan selisih dari si oknum.

MUNGKIN ulah si oknum ini yang membuat gerah MUI sampai-sampai mengeluarkan fatwa haram, karena proses 'dagang'nya nggak beres, memanfaatkan sifat orang yang malas nukar uang ke bank, dan cenderung nyari untung besar.. meskipun dalam prinsip ekonomi itu masih wajar sih.. tapi serius, saya juga masih bingung kenapa praktek tersebut di fatwa haram? padahal, setahu saya, dalam islam itu nggak ada persenan maksimal buat keuntungan dagang lho.. karena dalam islam itu ada beberapa asas yang berlaku, seperti asas suka sama suka, asas tidak merugikan orang lain, asas tidak menipu, dan mungkin masih banyak asas-asas lagi yang saya lupa... nah, proses ini kan bisa dibilang telah memenuhi asas-asas tersebut, kan?

namun jikalau itu benar bahwa praktek tersebut haram, harusnya MUI juga mempersoalkan tentang praktel 'Money Changer' valas (valuta asing) yang menjamur di daerah wisata di kota-kota besar di indonesia. Kalau dicermati, kedua praktek tersebut nggak ada bedanya. Jika pada praktek penukaran uang receh sang oknum cari untung seenak jidat (misal nukar uang lembaran 100,000-an dengan 9 lembar 10,000-an), pada praktek penukaran valas ada sistem yang namanya 'Selisih Kurs'.. selisih kurs ini kurang lebih bisa dipahami pada contoh sederhana seperti ini:

misalnya negara kita punya hutang kepada asing sebesar $ 1,000,000,-. Pada kurs tahun 2010 misalnya satu dollar seharga sembilan ribu rupiah. itu berarti negara kita berhutang sebesar Rp.9,000,000,000 (setara $ 1,000,000) kepada asing.

misalnya hutang mandek belom kebayar sampai tahun 2014. Nah, tahun 2014 kurs satu dollar sudah mencapai 12,000 rupiah. itu berarti hutang negara menjadi Rp.12,000,000,000,- kan! nyesek juga ya.. kira-kira begitu sistem selisih kurs, sehubungan nilai mata uang itu tidak selamanya stabil, maka menurut saya untuk praktek tukar mata uang asing ini masih wajar karena patokannya selalu berubah-ubah.

nah, kalau pertukaran asing yang menggunakan sistem 'selisih kurs' kan sudah jelas alasannya darimana mereka ambil 'untung', kalau praktek penukaran uang receh ini masih belum jelas takaran 'selisih' nya, bisa beda-beda tergantung yang menyediakan jasa. Tapi, sekali lagi saya ingatkan, meskipun menurut saya praktek penukaran uang receh oleh oknum ini seharusnya tidak ada, namun orang kecil seperti para penjaja jasa penukaran uang receh ini pun berhak menikmati THR lebaran versi mereka masing-masing.. dan menurut kacamata orang awam seperti saya ini, mereka-mereka ini hanya memanfaatkan momen lebaran dan kesempatan saja, mumpung orang-orang sedang sibuk ngurusin mudik, tidak sempat ke bank, yang biasa jual makanan mumpung lagi libur jualan karena puasa, itung-itung nambah penghasilan buat sekolah anak, buat makan anak istri, buat nyambung hidup aja udah syukur alhamdulillah..

 

tapi pendapat mengenai haram tidaknya praktek penukaran uang receh ini kembali pada diri dan hati nurani masing-masing.. pro kontra selalu ada dan perdebatan tidak akan berhenti.

 

Alhamdulillah selesai satu tulisan lagi, tema nggak jauh-jauh dari pro dan kontra yang berkaitan dengan dunia perbankan :lol:

mudah-mudahan nilai softskill saya bagus ya bu :shy:

 

Minggu, 20 Juli 2014

[SOFTSKILL] Berbagai "Keunggulan" Bank Syariah + Analisa

Bismillah...

Berdasarkan artikel yang saya dapat dari situs web beritasatu mengenai berbagai keunggulan bank syariah dibandingkan dengan bank konvensional, saya jadi tertarik untuk membahas dan menganalisa tiap-tiap keunggulan dari bank yang "lahir" pada tahun 1991 di Indonesia yang dipelopori oleh Bank Muamalat ini. Apakah bank syariah ini lebih unggul dari bank konvensional karena jargonnya "bebas riba"? atau malah justru bank syariah ini tidak ada bedanya dengan bank konvensional yang sama-sama melakukan praktek riba?

Adapun rangkuman mengenai keunggulan bank syariah adalah sebagai berikut:

1. Fasilitas Selengkap Bank Konvensional

meski poin ini termasuk kedalam salah satu keunggulan dari Bank Syariah, tapi menurut saya ini tidak termasuk kedalamnya, alasannya adalah karena setiap bank yang ada harus memiliki fasilitas yang memudahkan para nasabah untuk melakukan berbagai macam transaksi melalui berbagai macam media seperti datang langsung ke bank, datang ke mesin ATM, atau menggunakan layanan mobile dan electronic banking. Dengan adanya alasan-alasan tersebut nampak terlihat bahwa tidak ada perbedaan antara bank syariah dengan bank konvensional dari segi fasilitas, sehingga pada poin ini tidak ada yang saling mengunggulkan diri.

 

2. Manajemen Finansial yang Lebih Aman

poin kedua bisa jadi menjadi salah satu keunggulan dari bank syariah mengingat kejadian pada tahun 2007 yang saya kutip dari tautan beritasatu diatas: "Tragedi finansial kredit subprime tahun 2007 nyaris tidak menggoyahkan investasi yang berbasis syariah. Di saat banyak bank investasi dan bank-bank besar bangkrut maupun membutuhkan kucuran dana, banyak Bank Syariah baru yang justru bermunculan atau buka cabang.". Namun sekali lagi perlu diperhatikan faktor yang memicu pertumbuhan dari bank syariah tersebut, apakah benar karena manajemen finansial yang lebih aman? belum tentu. Berdasarkan keterangan yang saya dapat dari situs web tempo, dikatakan bahwa, masih ada perusahaan yang menawarkan investasi bodong dengan embel-embel syariah di bank ternama yang patut diwaspadai. Namun tidak perlu khawatir karena jika dibandingkan antara berita kasus penipuan antara bank syariah dengan bank konvensional, jumlah penipuan dalam bentuk investasi pada bank syariah jauh lebih sedikit dibandingkan kasus-kasus yang ada pada bank konvensional.

 

3. Anda Berkontribusi Langsung Memperkuat Bank Syariah

poin ini bisa dikatakan tepat. Dikutip dari tautan beritasatu diatas: "Bank Syariah memberikan nisbah (“bunga” simpanan) berdasarkan perkembangan finansial perusahaan. Secara tidak langsung Anda menjadi “pemegang saham” di Bank Syariah Anda. Setiap simpanan Anda akan memperkuat investasi bank. Setiap pinjaman Anda akan memperkuat keuntungan bank. Semakin usaha Anda berkembang, bank juga semakin berkembang karena kredit yang diberikan menggunakan skema bagi-hasil. Semakin maju bank, semakin banyak pula keuntungan bank yang dapat dibagikan sebagai nisbah kepada para nasabah."

Nisbah sendiri bisa dikatakan proses bagi hasil antara bank dengan nasabah. Proses ini dibagi sesuai rasio tertentu, seperti contoh yang saya dapat melalui situs web mysharing, terdapat tata cara menghitung nisbah yang menghasilkan rasio 70:30 keuntungan untuk nasabah, yang dengan kata lain bank mendapat keuntungan sebesar 30% yang dapat menimbulkan pertanyaan, apakah 30% itu termasuk riba?

 

4. Membantu Orang yang Butuh Dizakati

poin ini tepat dikatakan sebagai keunggulan bank syariah dibandingkan bank konvensional, karena sebagai umat muslim kita wajib menunaikan zakat, dan dengan berinvestasi di bank syariah kita secara tidak langsung akan berzakat karena tiap tahun bank syariah wajib berzakat minimal 2.5% dari keuntungan. Bank konvensional pun bisa berzakat, namun tidak ada peraturan yang mewajibkan mereka untuk melakukannya. Jadi, sudah selayaknya jika ada rasa ingin membantu saudara-saudara kita yang membutuhkan melalui zakat, berinvestasi melalui bank syariah ini bisa jadi pilihan.. tapi jangan lupa kita juga harus berzakat.. jangan mentang-mentang sudah berinvestasi di bank syariah lantas kita melupakan kewajiban zakat itu sendiri.

 

5. 100 Persen Halal

poin ini banyak menimbulkan pro dan kontra, pasalnya tidak ada suatu perusahaan yang tidak mencari profit. maksudnya? yang ingin saya katakan adalah bank mengambil untung dari bunga, lantas yang ada pada bank syariah itu sebenarnya hanyalah bunga yang sudah ganti nama (menjadi "bagi hasil"). jika merujuk pada Al-Qur'an surat Al-Baqarah ayat 275 yang berbunyi: “Dan Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”.. itu artinya, jika bank syariah menggunakan sistem bunga dengan 'kedok' sistem bagi hasil, maka bank syariah telah melakukan riba, dan riba itu haram, sehingga bank tersebut tidak menggunakan sistem yang murni 100% halal. Yang menarik menurut saya adalah, sistem bagi hasil ini melalui proses kesepakatan antara pihak nasabah dan pihak bank, bisa 70:30, 65:35 dsb. Jadi ujung-ujungnya bank mengambil keuntungan dari pinjaman nasabah. Sebagai contoh nasabah meminjam 10 juta, lalu melalui proses kesepakatan rasio tadi (biasa disebut dengan akad), didapatlah sang nasabah untuk mengembalikan pinjaman sebesar 12 juta yang dapat dicicil perbulan, katakanlah 1,2 juta setiap bulannya. Dari contoh tersebut sudah jelas bahwa bank syariah mencari untung 2 juta dari pinjaman nasabah. Nah dengan demikian apa bedanya bank syariah dengan bank konvensional? toh sama-sama melakukan praktek riba? bedanya hanya terletak pada kesepakatan di awal saja :evil:

 

demikian analisa dari saya selaku orang yang awam betul dari dunia perbankan.. adapun kesimpulan yang ditulis oleh pak Ahmad Sarwat selaku konsultan Rumah Fiqih Indonesia dalam situs web nya, rumahfiqih, dapat mewakili uneg-uneg saya mengenai bank syariah ini:

"Bagi yang 100% meyakini haramnya 'bunga' di bank syariah, bukan berarti bunga bank di bank konvensional berubah jadi halal. Bunga bank konvenional tetap masih 100% haram dan tidak berubah jadi halal. 

Namun bila kedudukannya sama-sama haram dan semua pintu yang halal tertutup sudah, masuk akal kalau ada sebagian kalangan yang berpendapat bahwa pilihannya adalah haram yang madharatnya paling ringan, yaitu yang bunganya lebih rendah. Jadi pinjam uang dari bank konvensional tetap haram, tetapi lebih rendah nilainya.

Namun pendapat ini tentu saja tidak disetujui oleh semua pihak, khususnya para pendukung bank syariah. Menurut mereka, kalau sama-sama haram, tetap harus pinjam dari bank konvensional.

Dan perdebatan tidak pernah berhenti."

 

demikian apa yang dapat saya tulis apa adanya, tulisan ini murni 100% "karangan" sendiri yang didukung oleh pendapat dari berbagai tautan sumber yang ada (bulan puasa nggak boleh bohong :evil: ). saya selaku penulis menyadari bahwa saya masih jauh dari kebenaran, dan tulisan ini dibuat semata-mata hanya ingin mengeluarkan rasa penasaran saya antara perbedaan antara bank syariah dengan bank konvensional, sekalian itung-itung nambahin nilai softskill :lol:

 

Jumat, 09 Mei 2014

[SOFTSKILL] Bank Syari'ah

Perbankan syariah atau perbankan Islam  adalah suatu sistem perbankan yang pelaksanaannya berdasarkan hukum Islam (syariah). Pembentukan sistem ini berdasarkan adanya larangan dalam agama Islam untuk meminjamkan atau memungut pinjaman dengan mengenakan bunga pinjaman (riba), serta larangan untuk berinvestasi pada usaha-usaha berkategori terlarang (haram). Sistem perbankan konvensional tidak dapat menjamin absennya hal-hal tersebut dalam investasinya, misalnya dalam usaha yang berkaitan dengan produksi makanan atau minuman haram, usaha media atau hiburan yang tidak Islami, dan lain-lain.


Meskipun prinsip-prinsip tersebut mungkin saja telah diterapkan dalam sejarah perekonomian Islam, namun baru pada akhir abad ke-20 mulai berdiri bank-bank Islam yang menerapkannya bagi lembaga-lembaga komersial swasta atau semi-swasta dalam komunitas muslim di dunia.



Perbankan syariah memiliki tujuan yang sama seperti perbankan konvensional, yaitu agar lembaga perbankan dapat menghasilkan keuntungan dengan cara meminjamkan modal, menyimpan dana, membiayai kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang sesuai. Prinsip hukum Islam melarang unsur-unsur di bawah ini dalam transaksi-transaksi perbankan tersebut:

  1. Perniagaan atas barang-barang yang haram,

  2. Bunga (ربا riba),

  3. Perjudian dan spekulasi yang disengaja (ميسر maisir), serta

  4. Ketidakjelasan dan manipulatif (غرر gharar).


Perbandingan antara bank syariah dan bank konvensional adalah sebagai berikut:








Bank Islam

  • Melakukan hanya investasi yang halal menurut hukum Islam

  • Memakai prinsip bagi hasil, jual-beli, dan sewa

  • Berorientasi keuntungan dan falah (kebahagiaan dunia dan akhirat sesuai ajaran Islam)

  • Hubungan dengan nasabah dalam bentuk kemitraan

  • Penghimpunan dan penyaluran dana sesuai fatwa Dewan Pengawas Syariah



Bank Konvensional

  • Melakukan investasi baik yang halal atau haram menurut hukum Islam

  • Memakai perangkat suku bunga

  • Berorientasi keuntungan

  • Hubungan dengan nasabah dalam bentuk kreditur-debitur

  • Penghimpunan dan penyaluran dana tidak diatur oleh dewan sejenis



Afzalur Rahman dalam bukunya Islamic Doctrine on Banking and Insurance (1980) berpendapat bahwa prinsip perbankan syariah bertujuan membawa kemaslahatan bagi nasabah, karena menjanjikan keadilan yang sesuai dengan syariah dalam sistem ekonominya.

 

//* bank-bank swasta di indonesia hampir semuanya sudah menerapkan sistem syari'ah, yang bisa memberi rasa nyaman dan aman bagi nasabahnya yang beragama islam dari hal-hal yang tidak diinginkan atau bersifat haram seperti riba. Namun perlu diwaspadai juga, bahwa tidak semua bank syari'ah itu benar-benar syar'i. Ada juga beberapa bank swasta lokal yang melakukan tindakan yang "tidak pantas" selagi menggunakan kedok syari'ah.

 

 

sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Perbankan_syariah

[SOFTSKILL]Demo Naik Gaji = Inflasi

Dalam ilmu ekonomi, inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus (kontinu) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidaklancaran distribusi barang. Dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu. Inflasi adalah proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi-rendahnya tingkat harga. Artinya, tingkat harga yang dianggap tinggi belum tentu menunjukan inflasi. Inflasi adalah indikator untuk melihat tingkat perubahan, dan dianggap terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara terus-menerus dan saling pengaruh-memengaruhi. Istilah inflasi juga digunakan untuk mengartikan peningkatan persediaan uang yang kadangkala dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga. Ada banyak cara untuk mengukur tingkat inflasi, dua yang paling sering digunakan adalah CPI dan GDP Deflator.

Inflasi dapat digolongkan menjadi empat golongan, yaitu inflasi ringan, sedang, berat, dan hiperinflasi. Inflasi ringan terjadi apabila kenaikan harga berada di bawah angka 10% setahun; inflasi sedang antara 10%—30% setahun; berat antara 30%—100% setahun; dan hiperinflasi atau inflasi tak terkendali terjadi apabila kenaikan harga berada di atas 100% setahun.

Inflasi dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu tarikan permintaan (kelebihan likuiditas/uang/alat tukar) dan yang kedua adalah desakan (tekanan) produksi dan/atau distribusi (kurangnya produksi (product or service) dan/atau juga termasuk kurangnya distribusi). Untuk sebab pertama lebih dipengaruhi dari peran negara dalam kebijakan moneter (Bank Sentral), sedangkan untuk sebab kedua lebih dipengaruhi dari peran negara dalam kebijakan eksekutor yang dalam hal ini dipegang oleh Pemerintah (Government) seperti fiskal (perpajakan/pungutan/insentif/disinsentif), kebijakan pembangunan infrastruktur, regulasi, dll.

Inflasi tarikan permintaan (Ingg: demand pull inflation) terjadi akibat adanya permintaan total yang berlebihan dimana biasanya dipicu oleh membanjirnya likuiditas di pasar sehingga terjadi permintaan yang tinggi dan memicu perubahan pada tingkat harga. Bertambahnya volume alat tukar atau likuiditas yang terkait dengan permintaan terhadap barang dan jasa mengakibatkan bertambahnya permintaan terhadap faktor-faktor produksi tersebut. Meningkatnya permintaan terhadap faktor produksi itu kemudian menyebabkan harga faktor produksi meningkat. Jadi, inflasi ini terjadi karena suatu kenaikan dalam permintaan total sewaktu perekonomian yang bersangkutan dalam situasi full employment dimanana biasanya lebih disebabkan oleh rangsangan volume likuiditas dipasar yang berlebihan. Membanjirnya likuiditas di pasar juga disebabkan oleh banyak faktor selain yang utama tentunya kemampuan bank sentral dalam mengatur peredaran jumlah uang, kebijakan suku bunga bank sentral, sampai dengan aksi spekulasi yang terjadi di sektor industri keuangan.

Inflasi desakan biaya (Ingg: cost push inflation) terjadi akibat adanya kelangkaan produksi dan/atau juga termasuk adanya kelangkaan distribusi, walau permintaan secara umum tidak ada perubahan yang meningkat secara signifikan. Adanya ketidak-lancaran aliran distribusi ini atau berkurangnya produksi yang tersedia dari rata-rata permintaan normal dapat memicu kenaikan harga sesuai dengan berlakunya hukum permintaan-penawaran, atau juga karena terbentuknya posisi nilai keekonomian yang baru terhadap produk tersebut akibat pola atau skala distribusi yang baru. Berkurangnya produksi sendiri bisa terjadi akibat berbagai hal seperti adanya masalah teknis di sumber produksi (pabrik, perkebunan, dll), bencana alam, cuaca, atau kelangkaan bahan baku untuk menghasilkan produksi tsb, aksi spekulasi (penimbunan), dll, sehingga memicu kelangkaan produksi yang terkait tersebut di pasaran. Begitu juga hal yang sama dapat terjadi pada distribusi, dimana dalam hal ini faktor infrastruktur memainkan peranan yang sangat penting.

Meningkatnya biaya produksi dapat disebabkan 2 hal, yaitu : kenaikan harga, misalnya bahan baku dan kenaikan upah/gaji, misalnya kenaikan gaji PNS akan mengakibatkan usaha-usaha swasta menaikkan harga barang-barang.

sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Inflasi


tuh liat.. bodohnya para kaum tertentu yang selalu menuntut kenaikan gaji secara massal, mau nggak mau akan menciptakan inflasi. Jadi percuma gaji naik, tapi harga barang kebutuhan juga naik. Lebih elok jika kaum tertentu bekerja dengan sungguh-sungguh, siapa tau bisa dikasih bonus sama atasan.. rejeki nggak kemana, nggak usah dipaksa. :lol:

Kamis, 09 Januari 2014

Analisa DFD ngaco (episode 2)

troll-pizza

Setelah terjadinya kesalah pahaman dalam pengerjaan tugas analisa springer yang TERNYATA gambar DFD tidak boleh ada yang sama untuk setiap individu, terpaksa (nggak juga sih) gue menganalisa DFD orang. tentang apa ini DFD dan bagaimana alur data-datanya menuju.

Langsung aja nih secara garis besar ini DFD menceritakan tentang proses pemesanan salah satu jenis makanan impor yang gue gak terlalu doyan, namanya Pizza.

Sebelum memulai analisa, bagi orang yang memiliki mata yang jeli dan pemikiran cermat pasti akan merasakan ada yang aneh dalam DFD diatas. Keanehan tersebut bisa dilihat pada notasinya, yang beda dari bentuk DFD secara umum seperti DFD yang ada pada postingan sebelumnya (yang boleh ngambil dari springer). Yang bikin beda adalah bentuk dari notasi System(Process) dan Customer. Kalau dalam bentuk umumnya notasi System digambarkan dengan simbol lingkaran sementara Customer digambarkan dengan simbol persegi, maka dalam apa yang terlihat pada notasi Yourdon/DeMarco ini merupakan kebalikan dari bentuk umum tersebut (alasan ngaco, but I think it's true). Jadi, tidak ada perdebatan diantara kita mengenai kesalahan dalam penggambaran notasi DFD. Sepakat.

 

Baiklah sekarang gue mulai analisanya. Seperti biasalah, atas nama keadilan gue bakal mulai dari Proses nomer satu, "Enter Sales Orders". Proses ini merupakan proses dimana pesanan penjualan dimasukkan. Artinya, seorang pelanggan melakukan transaksi pada Proses#1 ini. Jadi wajar, kalau Proses#1 membutuhkan data "Sales Order" atau pesanan penjualan dari entitas eksternal "Customer". Proses ini bertindak seperti perantara yang mengantarkan data dari Customer tadi yang berupa pesanan penjualan ke database "Sales Orders" yang menyimpan pesanan² dari para pelanggan. Dari sini, pesanan penjualan tadi diantarkan menuju Proses#2, "Organize Manufacturing Schedule".

 

Proses#2 ini bisa disebut kegiatan pengaturan jadwal produksi. Itu artinya, pada proses inilah kegiatan produksi dimulai. Proses ini membutuhkan data dari database "Stock" berupa Stock Quantities, yang artinya kurang lebih jumlah persediaan. Jika pesanan penjualan dan jumlah persediaan barang telah masuk, Proses#2 akan menghasilkan data berupa Production Schedule. Nah data tersebut akan masuk kedalam database "Production Schedules" sebelum akhirnya masuk ke Proses#3, "Make Pizzas".

 

Proses#3 ini anak SD jaman sekarang juga tau, Pembuatan Pizza. Disini, "aktor utama" DFD ini akan dibuat. Kalau mau bikin Pizza enak, tentu nggak boleh asal; harus terstruktur dan teratur agar cita rasa terjaga. Untuk itulah dibutuhkan resep, yang disimpan dalam database keempat kita, "Recipes". Data yang dikirim dari database ini tentu saja resep itu sendiri. Proses#3 ini sekarang sudah memiliki dua input penting, yaitu jadwal produksi dan resep, lantas menghasilkan data berupa pizzas manufactured (pizza yang udah jadi) dan raw materials requisition (seperti.. surat izin permintaan bahan baku) yang masuk ke database "Stock" (persediaan). Masuk akal kan, pizza yang udah jadi masuk ke "Stock" yang berarti sudah tersedia, sekaligus memesan bahan baku baru untuk pesanan selanjutnya. Lanjut, database "Stock" ini akan menghasilkan output berupa raw material quantities (yaitu jumlah bahan baku yang tersedia pada database ini) dan pizzas in stock (yaitu jumlah pizza yang tersedia) kedalam Proses#7, "Determine Raw Materials Required". Tapi itu nanti dulu, sekarang kita masuk ke Proses#4 sesuai urutan!

 

Proses#4 adalah "Order Raw Materials" yang berarti kegiatan pemesanan bahan baku. Kemana? ya ke Supplier (ya iya..). Untuk bisa berjalan, Proses#4 membutuhkan data dari Proses#7 berupa Raw material required (bahan baku yang dibutuhkan). Proses ini kemudian akan menghasilkan data berupa Purchase order requested (pembelian pesanan yang diminta) ke entitas eksternal "Supplier" serta database "Purchase Orders". Entitas Supplier kemudian akan menghasilkan data berupa Stock quantities yaitu jumlah persediaan barang (dari supplier) yang kembali masuk ke Proses#4 ini. Setelah barang masuk, Proses#4 akan mengirimkan data kembali berupa Purchase order fulfilled yang berarti pesanan sudah terpenuhi, kedalam database "Purchase Orders". Setelah semuanya beres, Proses#4 menghasilkan data berupa Raw material quantities (jumlah bahan baku) yang dimasukkan kedalam database kedua kita, "Stock". Dengan demikian proses pembuatan pizza telah selesai.

 

Proses#5 adalah "Deliver Sales Order". Jelas tujuannya, proses ini merupakan kegiatan pengiriman pesanan penjualan. Proses#5 membutuhkan data berupa Sales order dari database "Sales Order". Proses ini kemudian akan mengirimkannya kepada entitas "Customer" sebagai penerima. Setelah semuanya beres, Proses ini akan mengirimkan output berupa Delivery note (catatan/bukti pengiriman) kedalam database "Delivery".

 

Dari database "Delivery", akan keluar Delivery note yang masuk kedalam Proses#6, "Obtain Payment" atau penerimaan pembayaran. Proses ini akan mengirimkan Invoice (sejenis dokumen berisi daftar barang² yang berhasil dikirim) dan Receipt (Kwitansi) kepada Customer. Sebagai "timbal balik" Customer mengirimkan data berupa Payment details (Detail pembayaran) yang akan masuk kedalam database ketujuh, "Payment".

 

Proses#7 secara garis besar menggambarkan kegiatan Menentukan jumlah/jenis bahan baku yang dibutuhkan. Selain jumlah bahan baku dan pizza yang telah tersedia, Proses ini membutuhkan satu masukan lagi yaitu pesanan penjualan dari database pertama, "Sales Order". Ini bertujuan agar proses tidak "bingung" dan meminimalisir terjadinya kesalahan pada Proses itu sendiri. Dengan ketiga masukan tersebut, lahirlah data berupa Raw materials required (bahan baku yang diperlukan) yang akan masuk ke Proses#4!

 

Siklus seperti ini terjadi tanpa terikat waktu, artinya bisa terus-terusan nggak berhenti-berhenti, atau bahkan nggak jalan sama sekali. Tidak jelas karena DFD tidak memiliki patokan/keterangan kapan proses-proses akan dijalankan. Dan menurut analisa saya.. karena ada "Flow mendetail" pada DFD ini seperti Payment details dan purchase order fulfilled, DFD ini termasuk level 2 diagram (bener gak sih?)

yah after all (cie) sistem sudah komplit serta lengkap dan saya rasa tidak ada kekurangan sedikitpun. Sekian analisis ngaco dari seorang yang masih butuh belajar lebih dalam lagi.. semoga bisa memberi ilham buat semua pembaca bahwa DFD itu nggak serumit yang dilihat, cukup butuh kesabaran dan ketelitian dalam "menerawang" setiap prosesnya sesuai urutan.

 

Kamis, 02 Januari 2014

Ini "Analisa" Springer (Ngaco Edition)

springerLOL

Kali ini gue mau coba melakukan "Analisa" untuk jurnal Springer yang berhasil *teman* gue temukan entah darimana. Dilihat dari judul figure/gambar nya sih, ini merupakan DFD untuk Sistem Manufaktur Diskrit, atau bahasa gampangnya, mungkin "Sistem Pabrik Terpisah" <-- ini google translate :lol:

gue coba menjelaskan, sebenarnya kalo udah ngerti nggak ribet-ribet amat kok. langsung aja, biar adil kita mulai dari Proses nomer 1, yaitu "Receive & record both product and m/c status" apa tuh m/c? m/c itu singkatan dari Machine. jadi jelas ya, maksud Proses disini adalah "Menerima dan merekam/mendata status dari produk dan mesin". Proses#1 ini menghasilkan dua buah output. Pertama adalah Product's position yang berarti mungkin posisi/letak produk, yang masuk kedalam Database "Product History" (mungkin ini berarti database yang merekam jejak produk yang dihasilkan) serta Database "Current Product Position" yang mungkin berisi data tentang produk terbaru; dan Machine Status yang berarti Status Mesin, yang masuk kedalam Proses#7 "Verify Machine status" (Proses verifikasi mesin). Oh iya, BTW ini proses ada berkat hasil dari entitas eksternal "Machine Station" (ibarat kata ini stasiun penyimpanan mesin) yang berupa Machine Status serta Product's Position yang merupakan hasil dari sensor(mesin)... Stop sampai sini dulu! mari kita lanjut ke proses nomer 2.

Sekarang kita masuk ke Proses nomer 2, "Monitor the position of all products to identify collisions" maksudnya, proses pemantauan posisi semua produk untuk mengetahui adanya bentrok. Nah, proses ini membutuhkan data dari Database "Production Track" yang berisi informasi detail tentang produk tersebut. Hasil Monitoring/Pemantauan dari proses ini masuk kedalam Database "Current Product Position" dan "Product being Manufactured" (Program tentang produknya yg sedang diproduksi massal). Hasil pemantauan ini juga bakal masuk ke Proses nomer 6, "Produce reports & Warnings" (menghasilkan laporan & kesalahan jika ada). Stop! nanti gue bakal jelasin lagi tentang Proses#6 ini. Jangan nangis! ea..

Sekarang kita masuk ke Proses nomer 3, "Monitor the postion of all products to check them against the production plan".. BUSET panjang bener! artinya kira-kira proses pemantauan posisi letak semua produk untuk menyocokkan dengan rencana produksi. Gitu deh. Proses ini membutuhkan data dari Database "Current product position" untuk mendapatkan informasi mengenai posisi produk; serta data dari Database "Production Scheduling Plan" (Rencana penjadwalan produksi) untuk mengetahui posisi yang diharapkan saat produksi. Nah, hasil dari proses ini akan masuk ke Proses#6 tadi. Proses ini juga menghasilkan "sesuatu" kedalam Database "Job" yang membawa informasi bahwa pekerjan telah selesai. Database "Job" ini mengantarkan "sesuatu" tadi menuju Proses berikutnya, Proses#4! booyah!!

Sekarang kita masuk ke Proses nomer 4, "Update production plan" atau bisa diartikan sebagai proses pembaharuan rencana produksi. Proses ini butuh data dari Database "Current product position" untuk mengetahui posisi produk saat ini (ya iya..). Proses ini nantinya akan menghasilkan data yang bakalan masuk kedalam Database "Production Scheduling Plan" tadi, berupa "completed job in product plan" yang berarti Pekerjaan yang telah selesai dalam rencana produksi. Lanjut deh..

Sekarang kita masuk ke Proses nomer 5, "Change & identify production details" yang artinya Proses merubah dan identifikasi detail produksi. Proses ini butuh data dari entitas eksternal "Production Controller" atau pengendali produksi (ini bukan avatar, lagipula produksi itu bukanlah elemen). BTW entitas eksternal ini tidak akan dibahas lebih detail lagi, sorry ya. Uhuk.. proses ini menghasilkan data yang masuk kedalam Database "Production scheduling plan" tadi berupa Perubahan untuk rencana produksi, serta kedalam Database "Product being Manufactured" berupa hal yang sama (Perubahan, red). See? kayaknya udah mulai keliatan darimana dan bakal kemana data-data ini mengalir nih!

Sekarang kita masuk ke Proses nomer 6, "Produce reports & warnings". Dalam proses ini bakal terjadi adegan reproduksi.. halah. Proses ini berupa kegiatan untuk menghasilkan laporan dan kesalahan (produksi) jika ada. Proses ini membutuhkan data mengenai produk terkait yang diambil dari Database "Product being manufactured" serta data mengenai data yang diperlukan untuk mengetahui produk yang salah sasaran/salah kirim atau terlambat produksi masuh memenuhi kriteria perencanaan produksi atau tidak, dari Proses#3. Proses ini juga membutuhkan data berupa 'Posisi letak produk yang sudah ada dan produk yang tertunda maupun di produksi ulang' dari Proses#2~ wow! semuanya saling berhubungan, dunia (DFD) memang sempit -,- | Proses ini juga membutuhkan data berupa "Production floor layout" dari Database yang bernama sama. Lanjut deh!

Sekarang kita masuk ke Proses nomer 7, "Verify machine status" yang artinya proses verifikasi status mesin. Masih ingatkan sama kejadian di Proses#1? ini lanjutannya nih. Status mesin yang merupakan dari Proses#1 ini masuk ke Proses#7, menghasilkan status mesin yang valid/SAH karena telah di-SAH-kan oleh Proses#7 (sah? sah? Alhamdulillah.. emangnya penghulu!). Status mesin yang valid ini masuk kedalam entitas eksternal "Production controller". Seperti yang gue bilang, kalo gue jelasin tentang avatar (pengendali) ini, gue gak akan mau. soalnya kalo ditulis pasti malah bikin bingung karena avatar ini merupakan penghubung "penting" dari proses-proses DFD disini. Bisa disimpulkan sendiri kalau entitas eksternal ini akan menghasilkan data yang akan masuk ke Proses#5, membutuhkan data dari Proses#6, dan sebagainya, yang mana sudah dijelaskan secara "ngaco" pada paragraf-paragraf sebelumnya. Harap maklum!

Nah akhirnya kita masuk ke Proses nomer 8, "Move Products from queue" maksudnya, proses ini menggambarkan kegiatan pemindahan produk (yang dihasilkan) dari antrian barang. Proses ini butuh "Produk" (ya iya..) dari Database "Queue" (Antrian) dan Proses#8 ini menghasilkan data berupa posisi letak produk yang akan dibawa kedalam entitas eksternal bernama "Sensor" atau #$*%# (maksudnya Pemindai barang, haha). Entitas eksternal ini menghasilkan Posisi Produk yang bakalan masuk kedalam Proses#1, "Receive & record both product & m/c status". HOREE.. HOREE.. selesai penjelasannya.

Kesimpulan yang bisa gue ambil bahwa, DFD ini menggambarkan alur data yang cukup rumit dan seperti nggak ada habisnya (muter-muter terus) ya karena wajar, soalnya DFD tidak mengenal waktu dan kapan proses ini dieksekusi. Tapi sistem yang memakai DF ini gue rasa cukup mantab dan tob markotob banget karena struktur alurnya "kokoh" dan jelas, hampir tidak ada kekurangan/kelemahan yang bisa dicari-cari lagi. Sekian dan terimakasih telah mampir, membaca, mencoba memahami, meninggalkan komentar, menyukai postingan, membagi postingan, serta MEMBERI NILAI softskill buat gu.. saya! Thanks..

sumber: bingung saya, ini gambar yang nyari temen saya (nitip) tapi saya jamin ini asli dari Springer! --> http://link.springer.com/article/10.1007/s10270-006-0013-0

Ini Namanya Data Flow Diagram

tugas awal tahun yang sangat menyenangkan.. disaat kampus-kampus lain sedang libur, cuma kampus gue yang udah masuk, plus dapet tugas dari Boss, disuruh bikin penjelasan "mendalam" mengenai Apa Itu DFD (Data Flow Diagram). Uhuk baiklah.. gue coba bikin "Segala Tentang DFD" pake bahasa sendiri, dengan gaya menulis layaknya menulis Laporan praktikum.

DFD atau Data Flow Diagram adalah sebuah diagram yang merepresentasikan alur-alur yang ada pada suatu sistem. DFD menjelaskan tentang bagaimana data-data yang ada dalam sistem itu mengalir. (bagaimana bisa mengalir? mengalir kemana? mengalir darimana? dsb). dalam DFD kita bisa mengetahui kemana data yang mengalir itu akan tersimpan. Ada satu hal yang tidak bisa "dilakukan" oleh DFD ini, yaitu DFD "tidak mampu" untuk memberikan informasi mengenai waktu proses berjalan yg digunakan aliran data tersebut.

Pada dasarnya, dalam pembuatan DFD dibutuhkan dua langkah utama. Langkah utama yang pertama adalah membuat diagram konteks. Diagram konteks dalam artian sederhana, adalah diagram yang secara umum menggambarkan keseluruhan sistem. Diagram ini bisa diartikan sebagai "sketsa" awal dari pembuatan DFD ini. Diagram konteks ini nantinya bisa berkembang lebih jauh lagi, menjadi diagram level 1, level 2, level 3 dan seterusnya. Semakin tinggi level diagram, semakin detail informasi yang diberikan. Proses "pendalaman" level diagram ini merupakan Langkah utama kedua.

Cukup jelas bukan.. kalau udah lanjut ke penjelasan yang lebih mendalam lagi.

 

360px-DataFlowDiagram_Example

 

Gambar diatas merupakan struktur DFD (Diagram konteks) secara umum.

Database pada DFD adalah sebuah entitas yang melambangkan penyimpanan data yang berasal dari/dibutuhkan oleh proses-proses yang ada pada sistem.

Process (System) pada DFD adalah sebuah entitas yang melambangkan proses (ya iya..) dengan kata lain, proses ini berarti aktivitas atau pekerjaan bisnis yang melibatkan data-data yang akan dimanipulasi atau dirubah.

Customer pada DFD adalah sebuah entitas yang melambangkan orang (orang hidup, bernyawa). Bisa juga melambangkan sistem atau sub-sistem. Orang, Sistem, dan Sub-sistem adalah sebuah "wadah" yang menjelaskan kemana data datang dan pergi.

Garis panah adalah flow atau alurnya. Arah panah menentukan segalanya. keluar ya keluar, masuk ya masuk. Pasti ngerti deh. Lanjut ke diagram level 1.

Lihat entitas System ditengah itu? nah pada pembuatan diagram level 1, entitas System akan dipecah menjadi "sub-sistem" lain yang menjelaskan secara detail dari "Sebenarnya apa aja sih System yang digunakan?"

Untuk lebih jelasnya, mari lihat gambar ilustrasi dibawah.. (ini gambar boleh ngambil dari SINI)

12___create_data_stores_(Customer_and_Transaction)

 

Gambar ilustrasi diatas sebenarnya sama kayak gambar diagram konteks, hanya saja posisi Database (dilambangkan dengan kota abu-abu dengan huruf D) ada di sebelah kanan.  Nah!! kali ini System sebagai Process akan dipecah menjadi tiga bagian. apa saja?

17___create_three_processes_in_Level_1_DFD

ternyata Proses yang digunakan sistem, dijabarkan lebih mendetail lagi menjadi 3 bagian, yaitu Process Order (Pemesanan), Ship Good (Pemaketan barang) dan Issue Receipt (resipien atau bisa dibilang tanda terima atau kwitansi). dengan begini, selesai sudah perubahan dari diagram konteks menjadi diagram level 1. Tapi belum sepenuhnya selesai karena masih dibutuhkan langkah selanjutnya yaitu pemberian alur arah panah..

33___elected_to_curve_the_connectors

 

Penjelasan harusnya sudah jelas, karena tanda panah sudah memberi tahu kearah mana data tersebut mengalir. Ceritanya seorang Customer  datang untuk memesan sesuatu (Process Order). Data pelanggan yang tersimpan pada database pelanggan (Customer D) diminta oleh proses pemesanan tadi. Dengan demikian, proses tersebut otomatis membuat record yang masuk kedalam database Transaksi (Transaction D).

Lalu pemesanan akan berpindah ke langkah pemaketan barang (Ship Good). Lagi lagi Data pelanggan (Customer D) diminta oleh proses pemesanan (Process Order) karena proses tersebut membutuhkan data pelanggan untuk pemaketan dan pengiriman. Process Order juga membutuhkan data transaksi (Transaction D) untuk memilih barang mana yang sesuai pesanan si pelanggan tersebut. Setelah barang selesai dipaketkan dengan benar dan tepat, ia akan memasukkan data ke Database penyimpanan barang (Inventory D).

Setelah barang disimpan, maka bisa sampai ke tangan si pelanggan. Ketika sudah sampai, pelanggan akan menerima Tanda Terima (Issue Receipt), yang Issue Receipt itu sendiri membutuhkan data yang ada pada database transaksi (Transaction D). HORE.. HORE...

 

Namun ada satu aturan lagi dalam pembuatan DFD, yaitu kita bisa merubah susuan tiap entitas demi mempermudah pembacaan DFD itu sendiri supaya nggak pusing dan arah alur tidak saling mepet bersinggungan satu sama lain. contohnya bisa dilihat pada ilustrasi dibawah ini:

34___completed_level_1_DFD_(curved_connectors)

dengan demikian, DFD bisa lebih mudah dibaca dan dimengerti serta jelas kemana arah tujuan datanya. dan dengan sampainya dalam paragraf ini maka gue akhiri penjelasan singkat nan mendasar tentang "Data Flow Diagram". semoga bermanfaat. #Repost dari situs tutorial yang sangat luar biasa: http://www.visual-paradigm.com/product/lz/tutorials/dfd.jsp

1506404_10152056364108991_1259843670_n